Home » Posts tagged 'sejarah jakarta'
Tag Archives: sejarah jakarta
Gedung Peninggalan Masa Kolonial Yang Masih Berdiri Megah Di Jakarta
Gedung Peninggalan Masa Kolonial – Kota Jakarta yang memiliki banyak sejarah yang panjang sejak Zaman Hindia Belanda sampai saat ini sbobet memang masih menyisakan puluhan bahkan mungkin ratusan gedung peninggalan jaman kolonial yang beberapa mungkin sudah berubah fungsi dan bentuk.
Meskipun kini ibukota negara Indonesia terus bergulat dan mempercantik diri dengan kemajuan zaman dengan terlihat banyaknya gedung-gedung pencakar langit, namun masih menyisakan bangunan tua bersejarah yang masih bertahan dan eksis. Berikut adalah contoh beberapa sisa-sisa peninggalan zaman Belanda yang terletak di Jakarta.
1. Gedung Kesenian Jakarta
Gedung Kesenian Jakarta yang merupakan rumah kedua untuk para seniman berkumpul terletak di Jalan Gedung Kesenian Nomor 1, Jakarta Pusat. Menjadi salah satu pilihan untuk menjadi para seniman memamerkan hasil karya atau sekedar berekspresi dikarenakan tempatnya sangat mudah dijangkau.
Tak banyak yang tau, gedung yang saat ini menjadi gudangnya seniman awalnya dibangun untuk menjadi markas tentara Dai Nippon atau biasa disebut dengan Kiritsu Gekitzyoo. Setelah itu gedung yang bernama Municipal Theatre, Schouwburg, yang lebih dikenal dengan sebutan “Gedung Komidi” karena dijadikan teater pada penjajahan Belanda.
Gedung yang dibangun pada tahun 1821 ini masih mengalami beberapa kali perubahan fungsi bergantung dengan siapa yang sedang memimpin negara, hingga pada akhirnya di tahun 1984 fungsinya dikembalikan menjadi Teater dan disebut dengan nama Dana dan City Theatre.
Dan setelah masa kemerdekaan, gedung ini sempat dialihfungsikan menjadi ruang kuliah untuk mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Hukum Universitas Indonesia. Sampai pada akhirnya bangunan ini dipugar dan ditetapkan namany menjadi “Gedung Kesenian jakarta”
2. Metropole XXI
Metropole atau yang dahulu dikenal dengan nama Bioscoop Metropool, merupakan sinema pertama yang berada di kota Jakarta, terletak di sudut Jalan Pegangsaan dan Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat masih menyisakan akan kenangan Jakarta tempo dahulu. Karena sampai sekarang bioskop ini masih berdiri dengan megah namun tetap tidak meninggalkan kesannya yang vintage.
Pada tahun 1960, atau setelah 9 tahun dibuka, Presiden Soekarno yang saat itu sedang menggalakkan kebijakan anti-Barat, mengubah nama Bioscoop Metropole yang masih khas dengan khas Belanda menjadi Megaria. Dan kembali berganti nama lagi saat dalam pemerintahan Orde Baru menjadi Megaria Theathre.
Sampai akhirnya pada saat tahun 1989 gedung ini disewakan pada perusahan 21 Cineplex bioskop ini berubah nama lagi menjadi Metropole 21, Megaria 21, sampai akhirnya memakai nama yang kita kenal sekarang yakni Metropole XXI atau lebih populer dengan nama Bioskop Metropole.
3. Cafe Batavia
Cafe Batavia yang merupakan ikon kebanggaan Kota Tua Jakarta adalah bangunan paling tua kedua yang dilindungi di kawasan Kota Tua. Bangunan ini dulunya adalah kantor administarsi VOC dan juga sempat berubah fungsi menjadi sebuah galeri seni.
Hingga akhirnya pada tahun 1991, bangunan bersejarah yang dibangun secara bertahap dari tahun 1805-1850 ini berubah menjadi cafe yang dikenal dan masih eksis sampai sekarang.
Tentunya masih banyak lagi gedung tua yang masih eksis di Jakarta, dan akan kita bahas di kesempatan lainnya.
Sejarah Museum Kota Tua Indonesia
Sejarah Museum Kota Tua Indonesia – Jakarta merupakan sbobet88 mobile ibu kota negara yg indah bernama Indonesia dan sudah menjadi pusat pemerintahan selama beberapa dasa warsa. Selain menjadi pusat usaha dan pemerintahan, kota ini juga memiliki sejarah serta budaya yang indah .
Misalnya terdapat yg namanya Kota Tua atau Kota Tua. seperti namanya, ia mempunyai banyak bangunan bersejarah, yg digunakan selama era kolonialisme.
Faktanya Jakarta (Batavia) pernah disebut menjadi tempat yang strategis buat berdagang pada abad ke-16. ketika ini, situs tersebut menjadi tujuan favorit wisatawan buat nongkrong dan merasakan suasana kota tua.
Kantor Pusat Perusahaan Hindia Timur Belanda
Pada tahun 1526, Fatahillah, yg dikirim oleh Kesultanan Demak, menyerbu pelabuhan Sunda Kelapa milik Pajajaran yang beragama Hindu, setelah itu ia menamainya Jayakarta. Kota ini hanya berukuran 15 hektar dan memiliki tata letak pelabuhan khas Jawa.
Pada tahun 1619 VOC menghancurkan Jayakarta di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. Setahun lalu VOC membentuk kota baru bernama “Batavia” yg diambil dari nama Batavieren, yang dianggap menjadi nenek moyang Belanda berasal jaman dahulu.
Pengabaian
Batavia usang menjadi populer di akhir abad ke-18, mungkin karena kanal-kanal dengan air yg hampir tergenang, bersama menggunakan iklim yg hangat dan lembab seringkali menyebabkan wabah penyakit tropis seperti malaria.
Sebagai Ibu Kota Hindia Belanda
Kota ini mempertahankan statusnya menjadi pusat administrasi Hindia Belanda ketika VOC menyerahkan kepemilikannya kepada raja Belanda di tahun 1800.
Selama pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels di tahun 1808, administrasi kota dan militer dipindahkan ke selatan ke Weltevreden, menggunakan sentra kota baru yg direncanakan pada sekitar Koningsplein dan Waterlooplein.
Tetapi karena masalah keuangan, sebagian besar kota tua, temboknya, serta Kasteel Batavia dirobohkan buat bahan konstruksi buat membangun gedung pemerintahan serta sipil baru, seperti Istana Daendels (kini departemen Keuangan) serta Gedung Harmonie Society ( tandas) dan menjadi sejarah museum.
Pasca Indonesia Merdeka
Selesainya pengakuan kemerdekaan Indonesia di bulan Desember 1949, distrik bisnis dan perbankan Kota dipindahkan ke Thamrin dan Kebayoran Baru pada selatan, sehingga memungkinkan Kota buat lebih memburuk lagi selesainya menerima kembali sebagian asal kejayaannya yang hilang. tempat Perbankan pada daerah Kota benar-benar hilang pada tahun 1980-an.
Restorasi dan Revitalisasi
Rencana konkrit pertama revitalisasi Kota Tua ditandatangani di Desember 2004 oleh Kota Tua Jakarta-Kotaku serta Pemprov DKI. rencana revitalisasi dimulai pada tahun 2005. Taman Fatahillah Square direvitalisasi di tahun 2006.
Komentar Terbaru